Mengapa Kita Perlu Mengambil Program Adaptasi/Persamaan FK?

Sebenarnya saya sudah memasang blog ini, namun dalam bahasa Inggris. Lalu saya memutuskan (setelah hampir 3 tahun) untuk menulis blog ini dalam bahasa Indonesia. Semoga rekan-rekan sejawat yang baru kembali dari LN dapat menggunakan informasi di dalamnya.

Judul di atas adalah pertanyaan pertama saya, ketika menjalani persamaan/adaptasi FK di RS Hasan Sadikin-Universitas Padjajaran, Bandung. Pertanyaan itu cukup logis; kedokteran sama saja kemanapun kita pergi. Tidak ada perbedaan antara Filipina dan Indonesia. Nyatanya, konsulen-konsulen dari kedua negara mungkin saling bertemu atau ngobrol-ngobrol di simposium regional, konferensi atau fellowship.

Standar of Procedure (S.O.P) di Filipina dan Protap Indonesia bahkan hampir sama meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Dalam kasus ini, apakah perlu bagi kita untuk mengambil persamaan/adaptasi? Beberapa orang mengatakan itu sangat membuang waktu.

Inilah alasan, yang saya dapat pikirkan

Pertama, peraturan! Kepada teman-teman sejawat di Filipina, Indonesia mempunyai peraturan sendiri mengenai dokter dan pendidikan kedokteran. Kementerian Kesehatan (dulunya Departemen) menetapkan dalam UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran. Setiap dokter umum dan spesialis Indonesia harus mengambil persamaan/adaptasi untuk mendapatkan ijin praktek. Setelah menyelesaikan program tersebut, mereka harus mengambil Uji Kompetensi Kedokteran Indonesia/UKDI (saya kira mirip dengan Physician Licensure Examination/PLE di Filipina; kawan-kawan di sana memanggilnya Board Exam.)

Kita akan membahas UKDI lain waktu. Meskipun kita memutuskan untuk mengambil spesialis langsung, tetap saja adaptasi diperlukan. Dengan kata lain, program persamaan/adaptasi diharuskan jika kita ingin bekerja di Indonesia. Tanpa itu, kita takkan diakui, atau diijinkan berpraktek. 

Untuk mengambil program persamaan/adaptasi, kita harus melampirkan data-data pribadi ke Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI). Syarat-syarat untuk itu telah dicantumkan di dalam formulir yang dapat didownload di http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=155&Itemid=234

Pengurusan berkas2 pendidikan kita di DIKTI kadang2 berlangsung ½ bulan. Di situlah kesabaran diperlukan. Setelah itu kita menuju ke IDI Pusat (dulunya untuk adaptasi kita harus menemui kolegium/MKKI) untuk melampirkan berkas2 dari DIKTI dan surat permintaan untuk melaksanakan program Adaptasi/Persamaan di FK pilihan kita.  Biasanya harus FK Universitas negeri. Di sini pengurusan hanya 2 minggu.

Selesai dari IDI, kita harus menuju ke FK pilihan kita (dalam kasus saya, ke Unpad) dan menemui wakil/pembantu dekan FK. Kita serahkan semua berkas2 kita kepada mereka dan menunggu apakah mereka setuju untuk menerima kita. Oh, jangan lupa semua proses ini tidaklah gratis. Anda harus menyiapkan biaya cukup (sayangnya saya lupa berapa)

Kedua, ‘kultur lokal’. Karena kita tidak mengambil kedokteran di Indonesia, program persamaan/adaptasi diperlukan untuk menjembatani perbedaan di kedua negara. Menurut hemat saya, itu lebih kepada ‘budaya’ dalam FK Indonesia secara umumnya. Umumnya seperti semua fakultas, FK suatu universitas memiliki ‘kultur’ tersendiri. Sebenarnya hal ini untuk mempermudah agar lebih diterima di Indonesia. Selama di Filipina, saya mengetahui bahwa kedokteran di sana lebih berbasis Amerika dan mengutamakan etik profesionalisme. Mungkin istilahnya agak lebih ‘saklek’. Orang Filipina juga disiplin (walau tidak semua)

Di lain pihak, Indonesia juga mempunyai ‘kelebihan’ sendiri dan lebih mengarah kepada lokal. Mirip di Filipina dimana kita diharuskan berbicara dengan Tagalog, di Indonesia kita setidaknya harus mengetahui bahasa setempat (mis. Sunda, Jawa dsb). Bila kita menguasai bahasa setempat, setidaknya satu penghalang komunikasi antara dokter-pasien sudah rubuh.

Selain itu cara peresepan obat-obat di Indonesia dan Filipina jauh berbeda. Sebagai contoh, di Filipina kita diharuskan menulis resep dalam nama generik. Namun di Indonesia cukup menulis merek/label. Misalnya kita menulis ranitidine (Filipina), sementara di Indonesia ditulis Rantin atau Gastridin (bila itu obat paten; obat generik biasanya tetap ranitidine)

Begitulah ulasan saya tentang program Adaptasi/Persamaan FK. Yang saya tahu adalah bahwa saya menikmati program Adaptasi/Persamaan FK (lengkap dengan suka-dukanya). Setidaknya itu menambah wawasan saya mengenai dunia kedokteran, baik Indonesia dan Filipina. Bila Anda berpendapat adaptasi itu membuang waktu, itu pendapat Anda. Semoga ulasan ini dapat membantu Anda!

 

  1. #1 by verly on May 12, 2011 - 3:17 am

    sy brencana u/mlnjutkan program spesialis anak di filipina, bs mnt rekomendasi universitas apa dan persiapannya apa sj?? Tq..

  2. #2 by adapz on May 12, 2011 - 2:10 pm

    @Verly

    Sebenarnya hampir semua RS di Filipina mempunyai program Spesialis Anak/Pediatric. Rekomendasi universitas mana yg memiliki program spesialis anak yang bagus saya tidak punya, tetapi ada urutan RS/universitas yang bagus di Manila.

    Pertama, St.Luke Medical Center,
    University of Santo Tomas Hospital,
    De La Salle Medical Center,
    University of the East-Ramon Magsaysay Medical Center
    Manila Central University-FDTMF (almamater saya)
    Philippines General Hospital-University of the Philippines.

    Ada juga National Children’s Hospital, Mary Chiles Memorial Hospital dsb
    Mengenai persiapan untuk mendaftar, bisa dicoba pada website mereka (bila ada), atau datang langsung ke sana.

    Informasi lebih lengkap mengenai universitas bs didapatkan di http://www.pinoy.md.

    Semoga informasi ini dapat membantu Anda! semoga Sukses!

  3. #3 by abdul hore on May 15, 2011 - 1:15 pm

    Professional Regulation Commission

    Sewaktu aku mendaftar di JR, dimintakan semacam Letter of Aprroval dari PRC sebagai syarat untuk menjalani residency training IM di JR. Pertanyaanku, apakah sejauh pengalaman yang ada PRC dapat memberikan surat seperti itu? ketika aku menanyakannya ke KBRI, jawabannya adalah bahwa KBRI belum pernah berhadapan dengan kasus demikian, dan belum pernah membuat Surat Pengantar ke PRC untuk Approval tersebut.

    Pertanyaan kedua adalah perihal sertifikat setelah lulus, saya pernah diwanti2 oleh rekan2 sejawat bahwa ada resiko kita hanya mendapatkan sertifikat sebagai ‘Observer’, bukan sebagai ‘Residency Training’ yang tentunya akan tidak berlaku di Indonesia ketika akan melakukan program adaptasi. Saat interview di JR perihal masalah approval PRC, mereka mengatakan bahwa akan ‘sulit’ untuk mengeluarkan sertifikat sebagai ‘residency training’ karena tanpa PRC, residen foreigner harus tergantung kepada residen Pinoy yang mana itu berarti bahwa hal tersebut sama dengan ‘observer’.

    Adakah saran dari Adapz akan kasus semacam ini?

    Terima kasih sebelumnya.

  4. #4 by adapz on May 15, 2011 - 2:48 pm

    @abdul hore

    Itu benar, sewaktu saya mencari informasi mengenai program residency training di Manila, saya menemui requirement tentang PRC. Sayapun segera bertanya kepada orang di PRC dan inilah yang saya dapatkan:

    Sebenarnya bila kita mengikuti Board Exam di sana, kita otomatis mendapatkan rating sesuai nilai kita dan itu yang akan dinilai oleh PRC (kadang2 ditandai dengan sertifikat), selaku badan profesi di sana. Masalahnya, para foreigner (dalam hal ini orang Indonesia) tidak mengikuti Board Exam, sehingga kita tidak mendapatkan rating PRC. Selain itu Board of Medicine di Filipina (mirip dengan KKI Indonesia) belum mengeluarkan ‘aturan main’ bagi orang asing/foreigner yang mengikuti program residency training mereka, sehingga yang PRC dapat lakukan adalah memberikan surat permohonan dari kita kepada Board. Nanti Board akan mengirim surat rekomendasi dengan sepengetahuan PRC sehingga kita membawa surat rekomendasi tersebut ke Rumah Sakit tujuan kita.

    Untuk yang kedua, setahu saya hanya St.Luke Medical Center yang ada status ‘Observer’. Rumah Sakit lain, saya tidak tahu.

    Requirement PRC ini ada di hampir semua Rumah Sakit di Manila, dan mungkin di luar juga. Saya tidak tahu secara pasti apakah senior2 kita pernah berhadapan dengan syarat ini. Tentunya KBRI tidak bisa membantu, karena ini lebih ke prosedur di Filipina sendiri.
    Saran saya adalah tanyakan langsung kepada PRC di bagian International Students dan mungkin jawabannya hampir sama dengan apa yg saya tuliskan di sini.

    Semoga ini dapat membantu Anda!

  5. #5 by abdul hore on May 16, 2011 - 6:25 pm

    @adapz,

    terima kasih banyak atas jawaban

    Saya beberapa kali mengirim email ke PRC tentang PRC Identity/PRC License untuk foreign doctor ( dalam hal ini : dokter Indonesia ) sejak 4 minggu yang lalu, 1 email setiap minggu perihal PRC Identity/ approval/ license. Belum dapat jawabab apapun.

    Saat ini saya sudah di Indonesia lagi, dan sudah les Tagalog agak lama dengan orang Pinoy asli ditambah belajar sendiri lewat buku bahasa tagalog
    Syarat bahasa bagaimana ?
    Mumpung saya ada di Indonesia, syarat -syarat dapat PRC Identity/Approval apa saja ?
    Karena kalau sudah di Manila, bila surat kurang lengkap, surat itu harus dibuat/dikirm dari Indonesia, yang tentunya lebih mahal dan makan waktu lebih lama.

    Kalau ambil Internal Medicine disana cuma 3 tahun, waktu adaptasi di Indo apakah tidak akan ada masalah ( karena di Indo rata-rata 5 tahun ) ?

    Saya lihat beberapa iklan bedah ‘accredited’, apakah ada yang tidak terakreditasi ?
    Resiko apa yang harus dihadapi untuk resident yang ambil program ”unaccredited”?

    Sekolah PPDS Bedah dan Internal Medicine yang dapat direkomendasikan dimana ?

    Bagaimana fellowship / kelanjutan residency ?

    Sorry, terlalu banyak tanya, semoga pertanyaan saya dan jawaban teman sejawat berguna untuk pembaca calon PPDS di Manila

    Terima kasih banyak sebelumnya

    • #6 by adapz on May 21, 2011 - 3:41 pm

      @abdul hore

      Sama2. Dengan bertukar informasi, kita dapat saling membantu sehingga kita mencapai tujuan kita.

      Informasi ttg PRC saya dapatkan langsung dengan bertanya kepada orang PRC di International Affairs Division. Menurut apa yang saya dengar, peran PRC hanya menyampaikan surat permohonan kita kepada Board of Medicine. Kita tidak diharuskan untuk mengikuti persyaratan orang Pinoy (spt membuat foto, ikut Board Exam mereka).Saya pernah bertanya
      tentang Resolution No.98-547 dimana tertulis persyaratan bagi orang asing yang belajar/bekerja di Filipina. Jawaban dari orang PRC adalah belum ada kepastian dari Board of Medicine karena belum ada aturan utk orang asing yang ingin mengambil Residency Training. Bila ada informasi terbaru, tolong dikonfirmasikan dulu.

      Saya juga memiliki masalah yang sama dalam mengirim surat2. Anjuran saya: sebaiknya kumpulkan apa yang diperlukan untuk application di Indonesia lebih dulu.

      Mengenai bahasa Tagalog, sebenarnya itu tidak muncul di sebagian besar persyaratan Residency Training, lebih merupakan ‘peraturan yang tidak tertulis’ dan rasional, mengingat kita dilatih di Filipina, maka kita setidaknya
      harus bisa mengerti dan berbicara dengan Tagalog. Jadi mengerti Tagalog adalah keharusan untuk calon PPDS di Manila! Selain itu,beberapa sekolah seperti St.Luke mengharuskan calon PPDS untuk membuktikan kemampuan berbahasa Filipino/Tagalog melalui tes. Ini membuktikan bahwa mereka mulai terbiasa dengan orang Indonesia, sehingga mengharuskan adanya tes tersebut.
      Sayangnya, ketika saya tanyakan dimana saya bisa mengambil tes tersebut, mereka tidak mengetahuinya.

      Untuk fellowship, saya hanya mengetahui senior saya yang mengambil IPD dan direkomendasikan oleh profesornya untuk Gastro fellowship. Informasi mengenai ini sedikit. Mungkin kita akan tahu lebih banyak begitu masuk dalam residency training pilihan kita.

      Tentang adaptasi, ada bocoran dari dokter anestesi lulusan Filipina dan adaptasi di universitas negeri. Menurutnya, adaptasi IPD dan Anestesi lebih cepat, kemungkinan hanya 1-2 tahun (ini perlu dikonfirmasikan), namun cabang lain seperti Ilmu penyakit Anak dsb membutuhkan waktu lebih lama. Itu juga tergantung dari fakultas kedokteran universitas yang dipilih untuk adaptasi.

      Sebenarnya sebagian besar rumah sakit swasta dan pendidikan di Filipina sudah terakreditasi. Sejauh ini saya belum ada daftar RS yang terakreditasi di Filipina. Resiko mengambil Residency Training di RS yang tidak terakreditasi…adalah kemungkinan tidak diijinkan untuk mengikuti adaptasi dan tidak diakuinya spesialisasi kita.

      Sekolah yang dapat direkomendasikan? Saya anjurkan untuk lihat di http://www.pinoy.md.com. Daftar sekolah yang saya kenal sudah ada di reply sebelumnya.

      Anda bisa mengontak saya di e-mail saya, bila ingin berdiskusi lebih lanjut.

      Semoga balasan ini dapat membantu Anda! Terima kasih!

  6. #7 by abdul hore on June 5, 2011 - 5:54 pm

    @ adapz

    Terima kasih banyak atas responnya

    1. apakah diakhir resideny, ada exit exam ?
    2. Bearapa biaya hidup di Manila
    3. Cara tercepat belajar Tagalog advanced level

    terima kasih

  7. #8 by adapz on June 7, 2011 - 3:55 am

    @ abdul hore

    Sama2..

    1. Ada.Mungkin itu adalah Long Exam dengan pasien aktual dan dipresentasikan pada konsulen. Bagi orang filipina, setelah long exam mereka akan mengikuti ujian Board spesialis untuk ujian terakhir. Sementara bagi kita, saya kurang tahu, karena foreigner tidak dibolehkan mengikuti Board. Akan saya cari info tambahan untuk ini.

    2.Mm, sewaktu saya kuliah kedokteran di sana, kira2 10-15 juta rupiah (blm termasuk sewa kost, listrik dsb). Untuk mempermudah, kita lihat kurs Peso : Rupiah yang ada di Kompas ( saat ini 1 peso = Rp 197, jika dibulatkan Rp 200).
    Agar lebih mudah, kita memakai dolar untuk tabungan dan diambil bila mau ditukar. Yang jelas, makanan tidak terlalu mahal di Filipina, sementara buku-buku dan aplikasi elektronik sangat mahal.

    3.Cara tercepat belajar Tagalog advanced level? Dari pengalaman saya, ada tiga cara belajar Tagalog cepat.
    Pertama, latihan, latihan, latihan. Boleh memakai kamus Tagalog dan latihan bicara dengan orang Indonesia yang sudah lama di sana. Bila ada kursus, boleh juga
    Kedua, baca komik Filipina dan sering nonton telenovela Filipina (itu lumayan membantu!)
    Terakhir, cari teman (atau pacar) orang Pinoy. Dijamin mau tidak mau pasti lancar! (Ini serius, karena teman2 yang punya pacar orang Pinoy kebanyakan lancar bahasa Tagalognya)

    Catatan: Di Manila, orang2nya kebanyakan individualistis(Emang Gue Pikirin). Meskipun kamu orang asing, tidak semua orang bisa (atau mau) bicara bahasa Inggris. Jadi kita harus berusaha sendiri…

    Demikianlah informasi yang saya bisa sampaikan, mudah2an dapat membantu

  8. #9 by Ray on June 8, 2011 - 6:58 am

    Trims buat blognya yg informatif. =)
    Yg ingin saya tanyakan adalah, apakah warga negara Indonesia itu diakuin buat mengambil Philippines’ board exam buat medical doctor. Saya baca undang2 filipina dan mereka menyatakan bahwa mereka menerima foreigners buat mengambil medical exam, and i’m gonna quote here, as long as “a citizen of any foreign country has submitted competent and conclusive documentary evidence, confirmed by the Department of Foreign Affairs, showing that his country’s existing laws permit citizens of the Philippines to practice medicine under the same rules and regulations governing citizens thereof.”

    Apakah Indonesia termasuk dalam reciprocity agreement?

    Saya incoming medical student di filipina btw. thanks in advance bwt jawabannya. =)

  9. #10 by adapz on June 12, 2011 - 11:14 am

    @ray

    Sama2, Ray!Terima kasih atas pertanyaannya!
    Sebenarnya ada juga teman2 kita yang langsung mengambil spesialis di Filipina, setelah menyelesaikan medical school.
    Untuk ini, saya berkonsultasi dengan teman2 sejawat senior yang sudah mengambil spesialisasi di sana.
    Menurut salah satu dari mereka, kita bisa mengambil board exam utk medical doctor di sana. Namun pertanyaannya apakah kita akan bekerja di sana atau kembali ke Indonesia? Bila kita akan menetap di sana, maka kita tinggal mengambil permanent resident dan kita dapat bekerja sebagai medical doctor di filipina sesuai dengan undang2 mereka.
    Lebih jauh lagi, para residen Indonesia diwajibkan mengikuti Written Board Exam sesuai dengan spesialisasi mereka, namun mereka tidak diharuskan mengambil Oral Board Exam (karena itu adalah pre-requisite untuk bekerja di Filipina)

    Bila boleh, saya akan kupas kutipan Ray: “a citizen of any foreign country has submitted competent and conclusive documentary evidence, confirmed by the Department of Foreign Affairs, showing that his country’s existing laws permit citizens of the Philippines to practice medicine under the same rules and regulations governing citizens thereof.” -artinya warga negara asing (contohnya Indonesia) harus menyerahkan bukti kompeten yang disahkan Deplu Filipina dimana bukti tersebut menyatakan bahwa peraturan Indonesia mengizinkan warganegara Filipina untuk berpraktek dokter di Indonesia. Saya ingat bahwa saya pernah membaca kalimat yang sama dalam PRC Regulations. Jika kita cek Undang-Undang Kedokteran No.29, ada fasal yang menyatakan bahwa dokter asing dapat berpraktek di Indonesia setelah mengikuti adaptasi.

    Intinya, kita dapat mengambil Board Exam untuk Medical Doctor agar mendapat izin praktek di sana, tetapi tidak di Indonesia. Selain itu kita juga harus sama2 mengikuti adaptasi. Kita juga punya Board Exam di Indonesia, namanya Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Dulu orang yang ingin mengambil spesialis tidak ditanyakan hal itu (karena waktu itu tidak ada UKDI), sekarang ada beberapa RS di Filipina yang menanyakan kelulusan UKDI dengan maraknya UKDI.

    Demikianlah informasi saya. Tolong dikonfirmasikan dulu bila ada info terbaru. Terima kasih banyak!

  10. #11 by Ray on June 12, 2011 - 3:48 pm

    Hey adapz.
    Udah saya coba konfirmasikan dengan administrasi medical school di Filipina. Sejauh ini mereka masih belum punya pengalaman buat foreigner dari Indonesia (medskul ini masih relatif baru, tapi beberapa dari mereka mengakui kalo mereka pernah punya pengalaman bekerja sama dengan resident dari Indo.). Mereka meminta agar UU24 Indonesia diterjemahkan kedalam bahasa Inggris sebelum mereka akan consider untuk konsultasi dengan PRC. Akan saya post apapun output yang terjadi.

    Ini agak off-topic tapi still… saya rasa ini bisa memberikan seputar info pada orang2 indonesia yg mungkin punya interest buat mengambil residensi di Filipina. Untuk bekerja sebagai resident “kayaknya” sih kita tidak perlu apply buat working visa atau permanent resident, student visa aja kayaknya dapat memenuhi persyaratan buat menjadi resident. Ini 100% interpretasi saya karena menurut peraturan di Filipina buat any resident doctors di Filipina– mereka tidak dianggap mempraktikkan ilmu kedokteran karna mereka sendiri masih bekerja dibawah supervisi attending physician. However, mereka mendapat “komisi” (bukan gaji, take note of the use of word) untuk servis mereka. rata-rata komisi disini berkisar antara 12-16 ribu buat rumah sakit privat per bulan dan 60 hours of service per minggu.

    Hanya sejauh ini saja sih pengetahuan saya. Semoga dapat membantu. hehe.

    • #12 by adapz on June 12, 2011 - 4:15 pm

      @Ray
      Oh, cepat sekali reply-nya!
      Benar apa yang kamu katakan itu! Residen memang bekerja dibawah supervisi attending physician/konsulen mereka.
      Mengenai soal ‘komisi’, itu tergantung training hospital. Sebab ada yang kebalikannya kita harus membayar sesuai nilai komisi tersebut. Yang jelas, residen asing tidak ada yang digaji…apalagi orang indonesia.

      Oh, bagus itu! Mudah2an ada masukan baru dari PRC, sehingga dapat membantu kawan2 kita yang ingin mengambil spesialisasi di Filipina!

      Terima kasih banyak atas bantuannya!

  11. #13 by evewinchester on June 15, 2011 - 5:26 pm

    sy brencana mlnjutkan program spesialis anestesi di filipina.apa ada rekomendasi universitas apa yg kira2 bagus ? persiapannya apa aja? terutama bgmn cara kita mendaftarnya? Tq..

    • #14 by adapz on June 19, 2011 - 4:08 pm

      @evewinchester
      @evewinchester
      Terima kasih atas pertanyaannya.
      Menurut forum pinoymd.com, inilah daftar hospital yang anesthesia residency trainingnya terakreditasi:
      AFP Medical Center
      Veterans Medical Center
      National Kidney Institute
      Philippines General Hospital-University of the Philippines
      East Avenue Medical Center
      Jose Reyes Medical Center
      Ospital ng Makati
      Ospital ng Maynila
      Quirino Medical Center
      Batangas Regional Hospital

      Makati Medical Center
      Cardinal Santos Medical Center
      St. Luke’s medical Center
      The Medical City
      De La Salle University Medical Center
      UDMC
      Manila Adventist Medical Center
      University of the East-Ramon Magsaysay Medical Center
      UST Hospital
      Far East University Medical Center
      Manila Central University Hospital
      Pendaftaran biasanya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh hospital yang bersangkutan. Yang umumnya ditanyakan oleh mereka adalah letter of intent/application, letter of recommendation dari dokter spesialis yang dituju, biodata, CV dan PRC letter of recommendation. Sisanya adalah bagian Imigrasi.
      Kebetulan salah satu rekan kerja saya adalah dokter SpAn lulusan Filipina. Menurutnya, pelajari semua spesialisasi untuk ujian masuk Anesthesia Residency. Textbook yang diusulkan adalah Morgan’s Cinical Anesthesiology 4th Edition.
      Mengenai mana yang bagus, bisa dilihat pada reply sebelumnya. Semoga ini membantu Anda, terima kasih!

  12. #15 by Chatarina Lai on June 19, 2011 - 6:50 am

    @adapz

    Saya ada beberapa pertanyaan mengenai adaptasi di Indonesia. Saat ini saya sedang dalam masa co-ass di salah satu rumah sakit di Suzhou, China. Saya akan lulus Januari 2012, berencana untuk kembali ke Indonesia dan mengikuti program adaptasi untuk bisa kemudian ikut UKDI, mendapatkan surat izin praktek.
    Untuk FK yang dipilih, apakah ditentukan dari pemerintah atau bisa merupakan pilihan kita sendiri?
    Apa yang menjadi pertimbangan anda dalam memilih FK tempat adaptasi?
    Untuk durasi adaptasi, berapa lama adaptasi yang dokter @adapz harus lewati waktu itu?
    Selama masa adaptasi apakah seperti masa co-ass (selalu di rumah sakit)? Atau masih adakah kuliah-kuliah yang harus diikuti?
    Bisa tolong berikan tips-tips/nasihat-nasihat yang mungkin bisa berguna nantinya dalam proses pendaftaran adaptasi maupun selama masa adaptasinya nanti?

    Terima kasih sebelumnya. Menurut saya blog yang anda tulis ini sangat berguna. 🙂

    • #16 by adapz on June 19, 2011 - 4:09 pm

      @Catharina Lai
      Terima kasih banyak, Catharina.
      Wah, bagus sekali! Saya ucapkan selamat untuk Anda, semoga sukses dalam adaptasi nanti.

      Untuk pertanyaan pertama dan kedua, ini jawaban saya. Biasanya kita yang memilih di FK mana kita adaptasi. Alasan saya memilih RSHS adalah atas usulan senior-senior saya yang sudah menjalani adaptasi di sana lebih dulu. Sebenarnya tidak tertutup bagi kita untuk memilih FK lain, namun saya sarankan untuk mencari saran atau usul dari rekan2 sejawat kita. Untuk adaptasi sebaiknya pilih FK Universitas negeri untuk mempermudah.

      Durasi adaptasi tergantung dari FK universitas masing-masing. Di FKUI, masa adaptasi bisa 2 tahun. Sementara di FK Unpad, bisa 1 ½ tahun (28 minggu) ditambah magang. Selama adaptasi, status kita agak membingungkan karena resminya kita bukan ko-ass namun kita juga bukan residen. Waktu itu, saya akhirnya mengikuti ko-ass daripada bingung. Tetapi bersiaplah, ada kemungkinan konsulen menuntut kita lebih banyak daripada ko-ass. Ya, kita tetap mengikuti kuliah2 yang dibawakan konsulen meskipun sistim Problem-Based Learning diterapkan. Saran saya: ikutilah kuliah tersebut, siapa tahu ada manfaatnya bagi Anda bila berpraktek nantinya.

      Saya akan membahas langkah-langkah untuk mendaftar adaptasi lebih detail lagi dan tips-tips pada artikel berikutnya. Tunggu saja.

      Sekali lagi terima kasih atas responsnya!

  13. #17 by abdul hore on July 16, 2011 - 8:39 am

    @ adapz

    apakah betul resident asing ( terutama yang di bagian bedah-bedah di RS pemerintah ) ”wajib” membiaya opersai pasien tidak mampu ? seberapa banyak persentasenya ?

    medical board untuk tahapan akhir sekolah spesialis hanya untuk dokter warga negara philipine dan PPDS trainingnya di philipine, tidak untuk dokter yang S1 dari luar ( misal indo, japan, dll ) atau/dan sudah jadi warga negara sana dan atau PPDs training disana

    saya sudah membaca referensi keputusan pengadila philipine nda MAnya sana
    warga jepang sekolah S1 dokter disana, dan sudah jadi warga philipine, TIDAK bisa buka praktek
    ” Doctor license will be given at the discreet of PRC on the condition theere is rreprocity of Philipine doctor working

    bagaimana mengatasi kumuhnya manila dan polusinya , dan crime

    many thanks in advance

  14. #18 by yuliana on August 11, 2011 - 7:17 am

    halo ka,,,, aku mau tanya nihhh,,, seblum semuanya terlambat 🙂
    aku sekrang 1st year medicine student di university of visayas Gullas college of medicine di cebu city,,, nah aku bingung kira2 setelah lulus nnti aku pulang terus ikut adaptasi di Indonesia kira2 tempat sekolah sekrang bisa dterima ga yah di Indonesia…. ???

    makasihhh ka,,,,,

    • #19 by adapz on September 15, 2011 - 3:28 pm

      @yuliana

      Maaf baru bs reply, karena kesibukan.
      Mm, jadi kuliah Medicine di University of the Visayas, Gullas College of Medicine, Cebu City?
      Sejujurnya, saya kurang tahu tempat kuliah Yuliana statusnya diakui atau disamakan di Indonesia.
      Saya usulkan cari informasi di DIKTI. Semoga ini dapat menolong!
      Smoga sukses!

    • #20 by Mary on December 5, 2013 - 5:59 am

      hallo buat semuanya 🙂 saya sangat tertarik untuk kuliah kedokteran di Philippines. kira2 apa sja yg hrus sya persiapkan? katanya hrus mengikut National Medical Admission Test ya? mohon yah bantuan’y? thanks before

  15. #21 by ste on November 16, 2011 - 8:35 am

    hi adapz,

    saya ingin tanya, sy sudah perrnah mencoba utk mendownload daftar perguruan tinggi yg dicantumkan oleh DIKTI. cuma saya bingung krn menurut teman saya yang merupakan orang filipina, dia blg universitas yg dicantumkan itu bukan termasuk universitas yg terkenal jika kita ingin mengambil residency training di sana. nah yang saya bingungkan adalah bagaimana kalau kita melakukan residency training di universitas yg tidak tercantum di dalam daftar DIKTI?
    thanks

    • #22 by adapz on November 16, 2011 - 11:26 am

      Halo jg, Ste.

      Saya sudah lihat pertanyaannya.
      DIKTI mencatat RS/universitas di luar yang telah disamakan/diakui oleh Kemendikbud, dengan kata lain terakreditasi oleh mereka.
      Bila kita melakukan residency training di universitas/RS yang tidak tercantum dalam daftar DIKTI, ada kemungkinan residency kita tidak diakui dan sulit memproses untuk Adaptasi.
      Saya sarankan Anda datang langsung ke kantor DIKTI dan minta info lebih lanjut. Bila RS yang Anda tuju memenuhi persyaratan DIKTI untuk disamakan, itu lebih baik.
      Semoga Anda berhasil.

  16. #23 by ste on November 30, 2011 - 7:11 am

    Hi,

    Thanks so much for answering my question.
    boleh saya tanya hal yg lain lagi? apakah adapz tau universitas ama saja di Indonesia yg menerima program adaptasi bagi dktr spesialis lulusan luar negeri? apakah semua universitas negri yang ada di Indonesia menerima program adaptasi?
    yang terakhir, apakah adapz tau berapa kira2 biaya yg dibutuhkan utk program adaptasi dokter spesialis? perkiraan biaya ny saja, tidak perlu sampai pasti.
    Thanks
    waiting for your answer….

  17. #24 by Heri on January 12, 2012 - 6:46 am

    informasi ini bagus cuma tidak ada jelasnya berapa lama program adapatasi yang penulis lakukan?

    • #25 by adapz on January 16, 2012 - 1:12 pm

      Untuk hal itu, saya minta maaf karena lupa menyertakan lamanya program adaptasi.
      Saya menjalani program adaptasi dokter umum di RSHS selama 1 1/2 tahun.
      Namun saya juga mendengar program adaptasi sekarang berlangsung selama 2 tahun di semua fakultas kedokteran universitas negeri.
      Untuk pengalaman selama adaptasi, bisa dilihat di artikel lain.

      Terima kasih atas nasihatnya

  18. #26 by NaNa on January 18, 2012 - 10:01 am

    Sy brencana mengambil program spesialis kulit & kelamin di filipina. Tolong rekomendasi universitas apa yg kira2 bagus ? Persiapannya apa aja? terutama bgmn cara kita mendaftarnya? thanx info nya…..

  19. #27 by Vallentino Rehatta on January 20, 2012 - 9:22 am

    Kira-kira berapa biaya yang harus dibayar oleh dokter spesialis lulusan luar negeri selama mengambil persamaan di Indonesia ?

    Terima kasih.

    • #28 by adapz on January 24, 2012 - 1:16 am

      @Vallentino Rehatta
      Terima kasih atas pertanyaannya.
      Biaya tergantung dari FK Universitas dimana kita mengambil persamaan tersebut. Kurang lebih mirip dengan iuran Ko-Ass.
      Pada masa saya, itu berkisar antara Rp 15-20 juta, skarang ini mungkin naik.
      Sebaiknya tanyakan pada FK yang bersangkutan.

  20. #29 by Fiona on February 7, 2012 - 6:50 am

    hi, saya tertarik untuk mengambil spesialisasi/residency anak di filipina, saya sudah membaca post sebelumnya untuk universitas yang dianjurkan , saya ingin bertanya untuk proses pendaftarannya untuk residency disana, apakah saya harus menghubungi universitas yang bersangkutan langsung atau ada cara pendaftaran lain?
    Dan seperti di negara lain di amerika contohnya kita harus mengambil USMLE, apakah bila ingin mengambil di filipina ada ujian penyetaraan seperti itu yang harus kita jalani?
    boleh saya minta e-mail anda untuk menanyakan lebih lanjut? terimakasih

    • #30 by adapz on February 26, 2012 - 1:28 pm

      Merujuk pengalaman saya tahun lalu, sebaiknya hubungi universitas/rumah sakit yang bersangkutan.
      Setiap rumah sakit memiliki requirement sendiri-sendiri, tetapi satu hal yang sama akan ada ujian tertulis untuk calon pre-resident.
      Setelah itu akan ada masa pre-resident selama 2 minggu atau 1 bulan.
      Bisa hubungi saya di as13th@yahoo.com

  21. #31 by imansworld on February 26, 2012 - 5:39 am

    untuk masalah adaptasi saya sudah mencoba berbicara dengan kki(konsil kedokteran Indonesia) dan menyertakan permasalahan2 anak-anak bangsa yang ingin kembali baik dari segi biaya,perlakuan,dan durasi.Karena dibalik segala peraturan itu,ternyata banyak juga teman sejawat kita yang kembali akhirnya tidak kembali atau bahkan tidak bekerja sebagai dokter.regulasi harus dipermudah,setidaknya memberi kesempatan untuk dievaluasi dulu baru ditetapkan brp lamanya,tidak seperti sekarang regulasinya tidak seragam dan bahkan dipukul rata dan mempnyai penafsiran masing2 mengenai adaptasi. Jika kita melihat sejarah adaptasi dibentuk dan saya juga telah berbicara dengan salah satu perumus uu kedokteran 29 thn 2004,beliau sendiri mengatakan saat ini adaptasi telah disalah artikan dan bahkan terkesan mempersulit anak bangsanya yang ingin kembali tanpa diberi kesempatan untuk dievaluasi terlebih dahulu dimana kekurangannya namun lebih dipukul rata.

    Jika kita melihat peraturan kedokteran seluruh dunia,mereka tetap mengevaluasi lebih dahulu seperti USMLE,PLAB,atau lainnya.Jika mereka lulus maka diberlakukan internship jika belum melakukkan internship yang diakui negara tersebut.Saya tetep berharap peraturan lebih fair enough bagi Indonesia terutama anak bangsanya.

    Memang ada yang bisa menikmati adaptasi denga suka dukanya,mereka bisa membayar uang adaptasinya yg cukup mahal,dan perlakuan bangsa ini terhadapnya.namun bagaimana teman sejawat kita yang keluar negeri dengan beasiswa lalu di negeri sendiri diharuskan membayar dengan nilai yang cukup mahal?lalu bagaimana teman sejawat kita yang sudah berpraktik lama diluar dan ingin kembali dikrenakan kerinduannya dengan tanah air ini diharuskan menjadi koas kembali dengan perlakuan (Yang terkadang diindonesia perlakuannya menurut saya senioritas yang terlalu berlebih walupun tidak semua yah) bisa menjalaninya??mengapa tidak diberi kesempatan seperti UKDI atau evaluasi terlebih dahulu(seperti yang dilakukan negara maju) sehingga adaptasi memang bertujuan seperti pada saat dibentuk yaitu yang kurang saja,tidak mengulang seluruh waktu koas hingga 2 tahun?

    Perjuangan saya dan teman2 saya ini bukanlah untuk mencari masalah,akan tetapi saya melihat teman sejawat kita akhirnya tidak kembali,bekerja menjadi pegawai bank dan pekerjaan diluar dokter.Sangat miris dan sedih saya melihatnya.Adaptasi hal yang bagus,namun harus ada penatalaksanaan yang jelas.

    Jika memang teman sejawat semua mendukung usaha dan perjuangan ini,saya sangat berharap dukungan apa yang bisa dilakukan semampunya,jika doa adalah memang kemampuannya maka doa akan sangat sangat berarti,dikarenakan perumusan adaptasi yang baru, sudah dirapatkan dan akan disahkan dalam waktu dekat ini,tentu dengan harapan regulasi baru ini tidak semakin mempersulit,ditambah lagi tahun 2015 direncanakan ASEAN terbuka bagi para dokter sehingga dengan sendirinya adaptasi ini bisa hilang berjalannya waktu dengan adanya ketentuan hukum kedokteran dunia ataupun kerjasama antara negara.Wallahualaam….Namun jika menurut teman2 semua usaha ini hanya akan membuat masalah baru dan takut akan menjadikan masalah untuk teman2 semua menjadi lebih dipersult,maka saya akan berhenti untuk berjuang mengusahakan ini.

    Salam hormat saya ,

    • #32 by adapz on February 26, 2012 - 1:04 pm

      Terima kasih banyak, dokter!

      Itu yang kita harapkan selama ini.

      Adaptasi seharusnya untuk mengevaluasi dan memberi kejelasan bagi para dokter lulusan luar negeri yang kembali
      ke tanah air. Terutama status kita (jangan disamakan seperti ko-as). Setelah adaptasi, saya diharuskan mengambil UKDI hanya karena saya menyelesaikan program adaptasi lewat bulan April 2007. Syukurlah, saya lulus UKDI pada Februari 2008.

      Saya dukung usaha dokter untuk memperbaiki regulasi yang ada sekarang ini.Kita harus mengejar ketinggalan kita dari negara-negara tetangga, terutama Filipina, kiblat dokter2 kita. Filipina berambisi menjadi Health Center se-Asia Tenggara pada tahun 2015. Kita jangan kalah dengan mereka!

      Sekali lagi, salam hormat saya bagi dokter!

    • #33 by christine listyawati on September 26, 2012 - 4:23 pm

      Saya suda 1 th 3 bln di Mary chiles ambil anak. Masalahnya di tempat saya tidak ada jadwal tetap, apa persyaratan naik tingkat dan kelulusan. TO nya hanya tahu perpanjang2 aja, belum apa2 uda diperpanjang 1 bulan dan diperpanjang lagi 2 minggu, dan kalau kantor kotor diperpanjang lagi 1 bulan.
      Karena gak ada yang jelas begitu saya hanya mengerjakan yang jelas saja, jadwal sudah ada tgl 26 sept grand rounds, sejak bulan Juli saya uda siap dan saya tunjukkan ke semua konsultan termsk TO untuk di cek, ternyata dimundurkan dan gak pasti kapan grand rounds nya, lalu research saya juga uda selesai, tapi TO menghambat harus tambah sample lagi. Semua serba tidak jelas.

      Saya mohon bantuannya dimana RS Manila yang terima transferan dan
      benar2 terjadwal semuanya seperti ST LUkes dan UST ( cuma mereka tidak terima foreigner ), supaya benar2 jelas 3 tahun selesai langsung pulang?? Tolong ya please. Thanks

  22. #34 by imansworld on March 1, 2012 - 4:59 am

    terima kasih dokter atas semangat dan dukungannya,semoga semua berjalan lancar,jika memang regulasi baru sudah keluar tentunya saya akan mempostnya ke blog dokter,agar dokter indonesia yang diluar tidak perlu takut untuk kembali dan bisa mengabdi bagi negara tercinta dan lebih mengerti kejelasan prosedural adaptasi tentunya dengan harapan yang lebih baik dan tidak memberatkan anak-anak bangsanya yang ingin kembali.amiiiiinnnnnn…..

    Salam hormat saya untuk teman sejawat semuanya,baik lulusan dalam atau luar negeri..!

    wass

  23. #35 by Meklin on April 10, 2012 - 6:41 am

    HI, boleh tanya gak. saya mahasiswa kedokteran di Cina (MBBS program) terus tahun ke-5 itu koas selama 1 tahun. Kalau saya koas-nya di 4 negara yang berbeda bisa diakuin sama DIKTI/KKI gak yah? (jadi 1 negara 3 bulan)

    • #36 by adapz on May 1, 2012 - 12:48 pm

      Halo, Meklin!
      Maksudnya bagaimana ko-as di 4 negara yang berbeda? Mungkin bisa dijelaskan lebih terperinci…

      • #37 by Meklin on May 2, 2012 - 3:35 am

        Kan biasanya ko-as itu di 1 rumah sakit. Tapi saya bakalan ko-as di 4 rumah sakit yang berbeda dan di 4 negara yang berbeda. India (6 bulan tapi di 2 rumah sakit yang berbeda), Thailand (3 bulan), Malaysia (3 bulan). Ini bisa jadi masalah buat DIKTI/KKI gak yah?

      • #38 by abdul hore on June 17, 2012 - 4:02 pm

        bagaimana bisa ko-as di 4 negara ?
        apakah tidak ada kendala bahasa di india, thailand ?
        ko-as di thaialnd dimana ? nama rumah sakit dan kota ?

        setahu saya thaialnd tidak menerima ko-as dan atau residency untuk warga negara asing ( walapun WNA ini fasih berbahasa thailand ) kendati lebih enak hidup dan bekerja di bangkok ( sistem transportasi, kebersihan, crime rate, makanan, dll ) daripada manila !!!

      • #39 by adapz on July 2, 2012 - 2:17 pm

        Hehe, terima kasih banyak.
        Saya kira Bangkok tidak jauh beda dengan Manila dan Jakarta dalam hal kemacetan.

        Begitu rupanya…terima kasih atas tambahan infonya di blog ini

  24. #40 by Wina Sugiarti on April 11, 2012 - 2:55 am

    Hi adapz, salam kenal…kalau untuk residensi di Filipina kira2 biaya yang perlu dikeluarkan untuk biaya hidup dan biaya kuliah selama 4 tahun berapa ya. dan sebaiknya kita pergi ke Filipina bulan apa? Terima kasih. aku tertarik ambil anak atau kulit di Filipina tapi informasinya minim sekali. terima kasih.

    • #41 by adapz on May 1, 2012 - 12:48 pm

      Salam kenal juga, Wina!
      Menurut pengalaman saya saat ini, biaya hidup di Filipina kira-kira $800-1500 (Rp 7,280,000-13,680,000). Selebihnya ditentukan berapa uang kuliah atau’sumbangan’ bagi RS dan biaya sewa tempat tinggal. Bila tujuan residensi di Manila, maka biaya bisa bertambah mahal. Di luar kota Manila, biaya hidup bisa lebih murah.
      Untuk apply residensi di Filipina, sebaiknya pergi pada bulan April-Mei (karena FK seluruh Filipina baru wisuda dan menyelesaikan Physician Board Exam, sehingga banyak lowongan di sebagian departement) atau Agustus-September. Namun beberapa FK mempunyai jadwal sendiri dimana mereka membuka application untuk residensi misalnya St.Luke buka pada bulan Agustus dan mulai pre-residensi pada bulan Oktober. Pilihan ada ditangan Wina.
      Mengenai bagian Anak, sudah saya singgung di blog sebelumnya. Tentang kulit, saya belum mempunyai informasi yang memadai.

  25. #42 by Nicolas on April 12, 2012 - 7:51 am

    @adapz
    Hi,saya mahasiswa kedokteran S1 di Medan..saya ingin bertanya utk ppds di filipina trutama bagian bedah..di sana kalo mau ngambil cardiothoracic surgery tu bs lgsg spt d UI gt g?atau harus ngmbl bedah umum 4 tahun dulu br sambung subspesialis nya lagi?
    kalo utk internal medicine yg subspesialis endokrin,gastroenterolog dll itu bs lanjut di filipina lgsg?
    makasih ya =)

    • #43 by adapz on May 1, 2012 - 12:45 pm

      Nicolas, untuk mengambil bedah/surgery di Filipina, kita harus mengikuti bedah umum terlebih dahulu. Mengenai subspesialis, mungkin dapat bertanya kepada konsulen di sana. Setahu saya, subspesialis diberikan berdasarkan rekomendasi konsulen subspesialis dan Philippines College of Physicians (IDI-nya Filipina). Begitu juga dengan subspesialis Endocrine dan Gastroenterology.
      Satu hal lagi mengenai surgery di Filipina, kebanyakan FK di sana enggan menerima foreigner/orang asing sebagai surgery resident. Alasannya adalah masalah legal bila terjadi malpraktek. Setahu saya, hanya sedikit orang Indo yang ambil surgery di sana. Tetapi Nicolas mungkin mendapatkan info baru. Siapa tahu?

      • #44 by Nicolas on May 6, 2012 - 11:13 am

        oh..pantesan ya jarang dgr ad tamatan bedah dr filipina,prnh dgrnya cuma obgyn,tu pun cuma 1 org..
        oh jd hrs ad rekomendasi y,tu yg endocrine ato subspesialis klo dapat rekomendasi dari konsulen sana biasa diksh lnjt sekolah di filipina sndr atau d luar negeri?
        kalo mw ngmbl penyakit dalam d filipina susah g ya?universitas mana yg bgs utk penyakit dalam?lama studi nya 3 tahun aj ya?makasih ;g ya =)

  26. #45 by Nicolas on May 6, 2012 - 11:15 am

    *makasih lg ya =)

  27. #46 by tomato on May 7, 2012 - 9:22 am

    Halo mau tanya kalau mw adaptasi di indo, uni negri mana yg bagus ya?

  28. #47 by William on May 16, 2012 - 7:36 am

    Halo,saya jh minta ambil spesialis penyakit dalam seperti Nicolas 🙂
    Sy Ingin menanyakan, bagaimana Kita tau kalau universitas disana sedang buka pendaftaran? Apa Kita Harus datangi univnya 1 1?untuk buku pegangan apa kan sama(Harrison)?
    Thanks

    • #48 by adapz on May 19, 2012 - 1:59 pm

      Halo, William.

      Menurut pengalaman saya, agak sulit mencari tahu kapan universitas/rumah sakit di Filipina buka pendaftaran untuk residensi. Maka saya datangi satu persatu
      tempatnya. UST, St.Luke dan De La Salle kadang mencantumkan kapan residensi dimulai.
      Buku pegangan penyakit dalam tentu saja Harrison’s Principle of Internal Medicine 18th Edition! Lange’s Current Medicine Diagnosis bisa jadi suplemen yg bagus.

      Itu saja dulu ya, terima kasih!

  29. #49 by eric on May 23, 2012 - 4:17 am

    Halo dokter,
    Saya berencana mengambil program studi anestesi di Manila Central University dan apabila saya tidak salah di dalam formulir penyetaraan ijazah di DIKTI yang saya baca disyaratkan adanya penyertaan tesis.
    Yang ingin saya tanyakan apakah di filipina ada juga pembuatan tesis selama masa residency training ? karena saya takut apabila disana tidak ada pembuatan tesis saya tidak dapat melakukan penyetaraan ijazah dan melaksanakan proses adaptasi di Indonesia, dan selain itu apakah ada syarat lain yang harus saya penuhi selama pendidikan di filipin agar dapat melakukan adaptasi di Indonesia ?
    Dan yang terakhir mengenai PRC, di dalam syarat resident application yang saya terima dari MCU tidak ada permintaan mengenai PRC certificate atau approval, apakah saya harus tetap meminta surat tersebut atau bisa tanpa PRC approval tersebut.

    Sekian dari saya, Terima kasih sebelumnya.

    • #50 by adapz on May 23, 2012 - 1:34 pm

      Terima kasih Eric!
      Salam buat sesama alumni MCU!

      Ya, memang DIKTI mensyaratkan penyertaan thesis atau research paper untuk adaptasi/penyetaraan.
      Dalam residency training, ada research paper pada tahun ke-3. Saya belum tahu kalau ada syarat lain.
      Bila ada kesempatan untuk research, sebaiknya digunakan untuk melengkapi syarat adaptasi

      Mengenai PRC, sudah dijelaskan dlm reply sebelumnya bahwa PRC belum memiliki peraturan mengenai foreign resident,
      karena Board of Medicine di sini juga belum membuat. Yang Eric bisa lakukan adalah mengirim surat permohonan kepada
      PRC untuk mengikuti residency training yang nantinya dibalas dengan surat keterangan dari Board of Medicine yang
      ditembuskan melalui PRC. Itu saja

  30. #51 by eric on May 24, 2012 - 7:51 am

    Terima kasih banyak untuk informasinya GBU.

  31. #52 by eric on May 25, 2012 - 7:33 pm

    Halo dokter,
    maaf kalau saya banyak bertanya. saya hanya ingin menanyakan apakah dokter mengetahui mengenai national exam untuk ujian kenaikan tingkat di residen ?
    Bila kita tidak lulus, apakah harus menunggu sampai dengan tahun berikutnya atau bagaimana ?

    Hanya ingin menambahkan, saya sangat berterima kasih kepada anda akan blog yang informatif ini dan kepeduliannya terhadap sesama sejawat yang membutuhkan informasi mengenai pendidikan dokter di luar negeri khususnya filipina, semoga dokter tidak bosan untuk membantu kami sejawat yang membutuhkan bantuan informasi mengenai pendidikan di luar negeri dan proses adaptasi di Indonesia.

    Warm Regards,

    Eric

  32. #53 by Hermawan on June 24, 2012 - 6:04 pm

    halo kollega,
    saya ingin bertanya tentang program dan info mengenai pendidikan bedah dan kulit difilipina,saat ini saya berada dijerman di bagian orthopedie.apa saya bisa meneruskan program bedah saya di filipina karena untuk alasan geografi saya menilai lebih strategis untuk tujuan saya disana.persyaratan apa asaja yang diperlukan karena belajar dari urusan dokumen dijerman itu sangat berbelit2 dan apakah ada ujian masuk bila ada seperti apa?
    apakah kita bisa menerima gaji saat melakukan PPDS disana dan berapa biaya pendidikan disana yang harus dikeluarkan?
    dan terakhir apakah ijasah kita nanti diakui bila kita kembali ke indonesia tercinta.trims sebelumnya atas jawabannya

    regards

    Hermawan

    • #54 by adapz on July 2, 2012 - 2:15 pm

      Biasanya Bedah di Filipina mulai dari General Surgery sebelum ke subspesialis.
      Ujian masuk berupa admission test dan berdasarkan textbook Schwartz’s Principle of Surgery

      Tergantung kebijakan RS tempat residency kita untuk masalah gaji. Di training hospital saya, saya tidak menerima
      gaji. Hanya meal ticket seharga 500 pesos/bulan. Namun PPDS lokal biasanya digaji. Di Manila hanya sedikit RS
      yang mau menggaji PPDS asing/foreigner.

      Bila RS tempat residency kita diakui oleh DIKTI, otomatis ijazah kitapun diakui. Hanya saja, itu masih tergantung dari
      RS tempat kita menjalani adaptasi.

      Akan saya balas bila ada informasi tambahan!

      Salam sejawat!

  33. #55 by zamir on June 25, 2012 - 4:40 am

    Selamat siang, salam sejawat.. Sy mo tnya gm syrat mo ambil sp bedah diphilipina n univ mana yg bs direkomendasikan? N apakah bisa residen bedah yg br selesai tahap bedah dasar melanjutkan/menyelesaikan kuliah bedahnya diphilipina?

  34. #56 by Will on July 9, 2012 - 10:55 pm

    Hallo dokter,
    terima kasih untuk reply sebelumnya
    sy mau tanya untuk proses adapatasi
    saya sudah mendaftar di salah 1 rs filipin
    mreka blg akan mengeluarkan ijazah residensi training tapi visa yang diberikan adalah visa observer
    apa akan jadi masalah untuk adapatasinya nanti?
    thx

    • #57 by adapz on October 27, 2012 - 1:34 pm

      @Will
      Mm, sejujurnya ini kendala yang akan dihadapi para applicant dari Indonesia. Saya mendengar bahwa mulai pertengahan tahun 2012 semua resident asing akan diberikan visa Observer oleh Imigrasi. Itu hanya berlaku bagi resident baru bukan yang sudah lama di sini.
      Bila RS dimana Will berada berjanji mengeluarkan ijazah Residency Training, itu bagus karena dalam Adaptasi mereka melihat ijazah tersebut bukan visa. Namun bila yang diberikan adalah ijazah Observer, harus dipastikan agar tidak bermasalah di Indonesia nantinya. Sebaiknya tanyakan langsung pada Bureau of Immigration mengenai hal ini.

  35. #58 by Ta on July 20, 2012 - 8:59 am

    salam sejawat doc,, yang aku mau tanya apa RSHS punya program adaptasi untuk orthopedics?.. aku lagi ambil orthopedic training di luar negeri

  36. #59 by dr.newin on September 3, 2012 - 12:36 pm

    Siang dokter,saya mau bertanya rs di filipin yg menerima resident? Perbandingan biaya kuliah dgn di indo,ap disana lbh mahal? Terima kasih.

  37. #60 by agustina on September 30, 2012 - 10:52 am

    salam kenal.
    Adakah rekomendasi universitas di manila,untuk mengambil PPDS Obsgyn?

  38. #61 by Earlene on October 9, 2012 - 3:36 am

    Siang TS.. Sekarang saya sedang menjalani program interenship, rencanany selesai ini saya mau melanjutkan untuk program spesialis kulit di filipina. Jadi untuk apply ppds difilipina nanti saya harus membawa dokumen apa saja? Apakah harus diterjemahkan terlebih dahulu dokumen2 tersebut? Mohon info selengkap2 Nya. Begitu disana saya harus mengunjungi rs yang diinginkan serta bertemu Kepala department saja dalam bentuk test wawancara atau Ada test tertulis yang saya harus Jalani nanti?

    • #62 by adapz on October 27, 2012 - 1:35 pm

      @Earlene
      Terima kasih TS.
      Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk apply residency:
      Diploma/ijazah S2 dan FK
      Akte Kelahiran
      Surat Kelakuan Baik dari Kepolisian Setempat
      Bank Statement
      Diploma ACLS/ATLS
      Surat Izin Praktek

      Karena datang dari Indonesia, sebaiknya dokumen2 tersebut harus diterjemahkan dan dilegalisir oleh penterjemah yang diakui. Sekedar tip: Kunjungi RS yang diinginkan, bicara dengan Chairman/Training Officer (T.O) . Biasanya tiap RS memiliki Training Council yang akan mewawancarai calon-calon resident. Bila mereka berkenan, maka Earlene akan menjalani masa pre-residency dimana akan ada ujian.
      Untuk dermatology, agak ribet karena dermatology tidak memiliki residency resmi di Filipina. Sedikit RS yang menawarkan dermatology. Hanya klinik kosmetik seperti Dermclinic yang menawarkan training, namun tidak diakui secara resmi oleh Philppines Dermatology Society. Bila ada info lain mengenai dermatology, akan saya lihat.

  39. #63 by santony on October 26, 2012 - 6:05 am

    kalau untuk penyakit dalam kira-kira2 RS apa yg bagus disana? yang terakreditasi di DIkTI ….lingkungan kehidupan Residen terutama penyakit dalam disana gmn? .. thxx doc…

    • #64 by adapz on October 27, 2012 - 1:36 pm

      @Santony
      Sama-sama, Santony. Saya pernah menyebutkan dalam comment sebelumnya bahwa yang termasuk ‘the Big Five’ adalah terbaik dan terakreditasi semua di DIKTI:
      St. Luke Medical Center-Quezon City
      University of Santo Tomas Hospital,
      De La Salle Medical Center,
      University of the East-Ramon Magsaysay Medical Center
      Manila Central University-FDTMF (almamater saya)
      University of the Philippines-Philippine General Hospital
      Selain di atas ada juga Makati Medical Center, Cardinal Santos Medical Center
      Dan Manila Adventist Medical Center (tempat saya menjalani residensi penyakit dalam)
      Saya akan ungkapkan kehidupan residen penyakit dalam di Filipina lewat email. Tunggu saja

      • #65 by tiara on January 16, 2015 - 6:10 am

        Sy jg minta dikirimkan via email mas ttg pngalaman jd residen interna disana..btw ada batas umur gak y??soalnya usia da 41 thn..trmksh byk infonya.

      • #66 by adapz on January 17, 2015 - 3:06 pm

        @Tiara
        Maaf baru cek blog. Di Manila sebenarnya tidak ada batas umur untuk residen Interna. Namun itu tergantung dari pertimbangan Traning Council di RS masing-masing.

      • #67 by tiara on May 29, 2015 - 1:54 pm

        Gmn mas sy msh nunggu crita khpm ppds interna disana..trstrg sy tertarik krn masalah umur..klo diindonesia sdh ga ada hrpan krn batas umur 35 tahun..klo ada waktu tolong reply via email ya mas..trmksh byk..sukses trs!

  40. #68 by anthon on October 28, 2012 - 12:08 pm

    – kalau untuk Obsgyn,RS yang direkomendasikan dimana?
    – Berdasarkan pengalaman waktu kuliah di manila,berapa total biaya yang dikeluarkan mulai masuk sampai selesai (pengurusan dokument,kuliah,buku,tempat tinggal,makan,dll)?
    – mana yang lebih murah,di Indonesia or pilipina?

    • #69 by irma on February 20, 2013 - 12:39 am

      saya pernah dapat kabar kalau pendidikan spesialis di filipina ada 2 jalur: swasta(universitas) atau negeri(hospitals).. apa ada bedanya? l;ebih bagus kita mendaftar dimana? karena sy jg dengar kalau ijazahnya nanti jg ada 2 macam: observer atau residency training. apa benar kalau di swasta kita hanya sebagai observer, dan kalau lulusan swasta ijazah hanya observer?
      apa benar seperti itu? dan untuk program adaptasi di indo mana kira2 yang lebih diterima nantinya setelah kita lulus?
      saya berencana ambil pediatric dsna.. kira2 rekomendasi dokter dmn sebaiknya saya mendaftar? saya dapat tawaran antara lain di jose reyes, hospital ng manila, osma, amang…bgaimana mnrt dokter mengenai tmpt2 tesebut?apa ada info?
      mengenai biaya apa ada perbedaan di swasta dan negeri? apa ada info mengenai biaya dan kehidupan spesialis pediatric dsna dok?
      terima kasih banyak sebelumnya dok…maaf banyak pertanyannya…karena saya memang sangat berniat mengambil pediatric dsna…bisa tolong dibalas di email saya dok..thx

      • #70 by chika on April 20, 2014 - 11:01 am

        boleh minta jawaban dr reply bagian ini gak yah? atau dpt d share d sini utk jawaban pertanyaan ini.. krna saya jg ingin brtny hal yg sama.. trm kasih

      • #71 by adapz on September 2, 2014 - 2:14 pm

        @Irma
        Sebelumnya minta maaf krn baru balas sekarang
        Sama seperti di Indo, jalur PPDS di Filipina juga terdiri dari RS Negeri dan Swasta. (Bukan dibagi jadi Universitas dan RS)
        Kebijakan untuk mengeluarkan Ijazah Residency Training atau Observer itu dari RSnya dan sebaiknya dibicarakan dulu.
        Untuk adaptasi, sebaiknya RS negeri karena diakui oleh DIKTI dan Kolegium.

        Biaya pendidikan PPDS tergantung dari RS yang dituju,

        Terima kasih banyak

        @ Chika
        Boleh lihat reply di atas

  41. #72 by santony on November 12, 2012 - 2:20 pm

    manila adventis medical center ya…. sebenarnya saya terpikir ingin mengambil penyakit dalam kesana …. kira-kira2 penerimaan untuk residen penyakit dalamnya ada bulan apa aja ya? saya sih pengennya mencari RS yg swasta yg terakreditasi , karena kalo RS negeri kan biaya recidency trainingnya lbh tinggi , di swasta rata2 utk foreign kan tidak bayar ya? saya ada email ke email docter… ada masuk email saya doc? sory merepotkan pasti sibuk recidency penyakit dalam …. thxxx banyak…

  42. #73 by anton on November 24, 2012 - 9:24 am

    Hallo, salam kenal dok, saya rencana mau ambil orthoped ke jerman, ada info ttg univ atau rs di jerman yg di akui sm Dikti ga?

  43. #74 by abdul hore on November 25, 2012 - 2:53 pm

    Any comment on this video ?

    http://www.channelfix.com/video/174/

  44. #75 by Lucyana Alim Santoso on December 15, 2012 - 3:49 pm

    Hallo saya ingin bertanya kepada TS2 semua. saya berminat untuk mengambil residency anak di filipina, namun membaca komen2 di atas, jujur saya benar-bingung harus mulai dari mana. kira-kira ada step-step atau langkah awal yang bisa saya ikuti tidak untuk menjalani residency ke sana? trims

  45. #76 by abdul hore on February 11, 2013 - 4:23 pm

    Untuk mereka yang mau sekolah spesialis di Amerika Serikat dan Australia, saya mempunyai beberapa buku asli yang wajib di baca dan diproduksi oleh konsil kedokteran Australia dna komisi dokter lulusan luar nergeri ( AS )
    https://store.amc.org.au/books/handbook-of-multiple-choice-questions – harga asli A$ 275 tambah ongkos kirim – dijual cuma 900 ribu ( 90USD ) -buku asli

    Selama sekolah spesialis di Australia akan DIGAJI – 50-100 ribu USD per-tahun

    http://www.amc.org.au/index.php/pub/downloads
    https://store.amc.org.au/books/handbook-of-multiple-choice-questions
    hubungi 0888 036 55 637

  46. #77 by Edwardus Setiawan on April 9, 2013 - 4:28 pm

    hai, saya Edu, saya dokter lulusan dari Unpad-RSHS. Saya berniat mengambil residensi di Luar Negeri, boleh minta tolong beritahu apa saja yang harus disiapkan, cara-cara nya dan syarat-syarat yang dibutuhkan? di mana sebaiknya saya mengambil? saya benar-benar kurang info nih..terima kasih dok!

  47. #78 by erwan on May 7, 2013 - 8:05 am

    hai,saya berencana mw mengambil spesialis mata atau neurology..apakah TS bisa membantu mengenai info yang dibutuhkan untuk sekolah kesana..dan saya kenal dengan salah satu agent untuk mebantu sekolah kesana(jose reyes hospital)..mohaon bantuan kepada TS sekalian

  48. #79 by Edwardus Setiawan on June 10, 2013 - 3:58 am

    Permisi, selamat pagi. Saya mau bertanya sedikit. Nama saya Edu, saat ini saya sedang menjalani koasistensi di RSHS dan akan selesai agustus 2013. Memang ada terpikir untuk meneruskan pendidikan spesialis di luar negeri (filipina) karena saat ini di Indonesia sendiri sedang kacau sistem pendidikan dokternya. Yang mau saya tanyakan, apa saja yang harus saya siapkan (dokumen, persyaratan) untuk apply program residensi disana? Dan pertama2 saya harus kemana saja? Terima kasih banyak dok!

  49. #80 by zanita on July 2, 2013 - 2:22 pm

    Halo! Saya mau nanya kalau proses penyetaraan dokter umum lulusan luar negeri itu berapa lama ya? Dan proses penyetaraannya itu ngapain? Seperti koas atau bagaimana?
    Terimakasih!

  50. #81 by Rhea on December 21, 2013 - 5:28 pm

    Hi salam kenal,
    Kebetulan saat ini saya sedang menjalani program residency di Manila (Makati Medical Center). Sebetulnya saya tinggal di Manila sudah 3 tahun (ikut suami bertugas) tapi baru 1 tahun terakhir ambil residency training di Makatimed. Syarat2nya sih kurang lebih sama cuma untuk yang PRC yang saya lakukan adalah surat dari KKI saya sworn translation di penterjemah tersumpah di Jakarta, kemudian saya submit ke PRC untuk mendapatkan surat keterangan dari board yang kemudian saya submit ke residency training center di sini.

    Saat saya mendaftar (pas interview session) mereka sempat menanyakan kemampuan berbahasa Tagalog, cuma karena waktu interview saya ngomongnya juga udah campur (Taglish – Tagalog English) mereka kelihatannya permisif, tapi ada candidate lain dari Brazil, mereka minta dia untuk submit Tagalog Proficiency Certificate nya. Opini saya belajar bahasa Tagalog gak teralu susah, menurut saya Tagalog itu mixed antara Melayu, English sama Spainsh. Untuk orang Indonesia sih gak akan teralu susah, akan bisa catch up dengan kata2nya.

    Untuk net income yang kita dapat di Makatimed start dari 19k-27k, pada saat on duty akan dapat free meal di cafetaria rs, free 3 set uniforms, 13th pay, bonus, leave. Menurut saya di sini cenderung lebih moderate dari di Indonesia, senior maupun konsulen itu akrab, gak kayak di Indo, dimana konsulen udah kayak dewa.

    Untuk biaya hidup, jangan khawatir, Manila lebih murah dari Jakarta, ini seriusan! Mungkin yang agak mahal adalah sewa rumah/apartemen/condo. Untuk sewa condo yang walking distance ke Makatimed sekitar 20k-25k (studio, fully furnished), 25k-35k (1 bedroom fully furnished) untuk minimal 1 year contract. Kalau apartement/flat sekitar 8.5k-15k (unfurnished).

    Semoga bisa membantu yah.

    • #82 by tiara on January 17, 2015 - 6:57 am

      Maap ga paham..25k itu mksdny 25rb or gmn..mata uang apa??maap yaa lemot..btw ada batasan umur ga yaa??klo uda umur 42 mw msk interna bs gk?

      • #83 by adapz on January 17, 2015 - 3:08 pm

        @Tiara
        Oh, maaf. Kalau 25k itu artinya 25 ribu. Biasanya untuk peso.

  51. #84 by fransisca on August 28, 2014 - 5:03 pm

    Salam kenal sebelumnya.
    saya mau bertanya tentang syarat2 PPDS di filipina sekarang.
    Saya telah menyelesaikan internship saya. Dan juga telah lulus UKDI serta OSCE UKDI.

    Kira2 syarat2 apa saja ya yang diperlukan untuk ppds di sana? Saya berminat di bidng kardiologi. Mohon bantuannya.

    • #85 by adapz on September 2, 2014 - 1:59 pm

      @Francisca
      Terima kasih atas pertanyaannya.
      Baru bisa jawab sekarang, karena sibuk.
      Biasanya persyaratan untuk menjadi PPDS di Manila hampir sama pada semua RS, dengan beberapa variasi tertentu:

      1.Surat Aplikasi/Keinginan untuk Mendaftar (Letter of Application/Intent)
      2.Surat Rekomendasi dari Konsulen yang dituju, mis.Penyakit Dalam, Anak (Letter of Recommendation)
      3.Biodata dan CV
      4.Ijazah Lulus S1
      5.Ijazah Lulus FK
      6.Surat Tanda Lulus UKDI
      7.SIP & STR
      8.Surat Rekomendasi Profession Regulatory Commission (PRC)
      9.Bank Statement
      10.Surat Keterangan Kelakuan Baik
      11.Akta Kelahiran
      12.Fotokopi Paspor

      Catatan: Bila no.1-7 dalam bahasa Indonesia, sebaiknya diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dilegalisir.
      No.7 sebenarnya hanya informasi bagi Residency Training Council yang dituju bahwa kita adalah dokter yang sah dan diakui di Indonesia (karena SIP kita tak ada gunanya di Filipina)
      No.10-11 adalah persyaratan untuk Imigrasi Filipina.
      Terkadang ada juga pertanyaan mengenai kefasihan bahasa Tagalog.

      Untuk menjadi Subspesialis, PPDS/Resident diharuskan mengikuti PCP Diplomate Exam. Dalam hal ini PCP(Philippines College of Physicians) bekerja sama dengan PAPDI untuk memfasilitasi Resident asal Indonesia. Info lebih lanjut akan saya cari.

      • #86 by Fransisca on February 17, 2016 - 2:46 pm

        Terimakasih banyak informasinya.

  52. #87 by Laurencia on September 11, 2014 - 10:17 am

    Halo! Sya baru saja lulus dari medical school di China, saya mau minta pendapat dokter nih, saya rencana nya tidak mau kerja di Indonesia untuk kedepannya. Rencana mau ambil spesialis di Jerman, Inggris atau Australia. Kalau begini menurut dokter apa saya harus tetap ambil adaptasi? Kata orang supaya aman, kalau sudah ada license. Terima kasih sebelumnya.

  53. #88 by christine on January 17, 2015 - 10:06 pm

    hi, saya mau tanya dimana tempat mengambil program adaptasi plmu kesehatan anak di indonesia yang cepat, murah dan tidak berbelit-belit? karena saya sudah tanya di beberapa universitasnya langsung, mereka kurang tahu. Mohon petunjuknya. terima kasih.

  54. #89 by Celia Cordhitta on January 18, 2015 - 1:17 am

    Halo, salam kenal. Saya ingin bertanya total cost yang dikeluarkan untuk mengambil spesialis di filipina berkisar berapa? Dan apa saja kelebihan mengambil spesialis di filipina dengan di indonesia? Terima kasih sebelumnya

  55. #90 by khatreen on March 10, 2015 - 9:22 am

    haii..boleh info ttg ppds kulit di ospital ng manila, dan tempat tinggal yang murah tapi nyaman, dan kalo boleh tau berapa kisaran biaya utk ppds kulit disana?dan susah tidak masknya, mengingat di indonesia banyak faktor x nya. thx…

  56. #91 by sandrawati on August 13, 2015 - 1:14 am

    Adapz untuk biaya hidup di filipina perkiraannya sekitar berapa perbulan (makan, listrik, air, tempat tinggal) dan jika ditambah biaya sekolah spesialis kira kira berapa yang harus dipersiapkan perbulan? terimakasih

Leave a reply to adapz Cancel reply